Selasa, 05 Juni 2012

Jadwal dan Mata Kuliah Harus Dipaketkan

Key-in selalu menjadi masalah bagi mahasiswa Fisip Uajy. Mahasiswa yang baru pertama masuk mungkin belum mengalami hal ini. Tetapi ketika sudah melewati satu tahun ajaran, maka pada ajaran berikutnya mahasiswa tersebut barulah merasakannya. Key-in pada fakultas ini memberikan kebebasan pada mahasiswa untuk memilih nama dosen dan kelas sesuai keinginan mereka. Masing-masing angkatan kemudian mengatur jadwal sesuai dengan dosen dan hari kuliah yang menurut mereka enak.
Pada proses pemasukkan mata kuliah ini, para mahasiswa dibagi kedalam tiap-tiap angkatan. Tiap-tiap angkatan diberikan jadwal key-in masing-masing, dimulai dari angkatan termuda. Disinilah kemudian terjadi antrean yang cukup panjang. Mahasiswa datang bahkan 2 jam sebelum antrean dibuka agar mereka mendapatkan urutan dengan kloter pertama.
Lalu mengapa bisa terjadi demikian, ini dikarena jika datang tepat pada jadwal antrean, maka dijamin mahasiswa tersebut tidak akan mendapatkan dosen yang sesuai dengan keinginan mereka. Angkatan 2010 contohnya, tahun ajaran 2011 mereka mendapatkan jadwal key-in paling pagi yakni pukul 07.00. Alhasil, mereka yang pintarpun, datang lebih pagi sebelum jam 07.00. Dan pantas saja, mereka mendapatkan kelas yang sesuai dengan yang telah mereka atur. Sementara bagi yang terlambat, harus menerima nasib jadwal mata kuliah yang tidak enak.
Hal ini kemudian menjadi problem bagi fakultas. Fakultas pun segera mencari cara agar proses key-in berlangsung dengan baik. Akhirnya ditentukanlah pada tahun ajaran 2012, proses key-in dilakukan tanpa adanya nama dosen. Jadi mahasiswa hanya memilih hari dan kelas saja. Namun proses ini sepertinya juga tidak berjalan sesuai rencana. Mahasiswa tetap saja datang sebelum jadwal antrean dibuka. Hal ini dikarenakan mahasiswa bukan lagi memilih dosen yang enak bagi mereka, tapi memilih bagaimana caranya dalam seminggu, mereka mendapatkan hari libur.
Seharusnya masalah ini tidak akan terjadi, jika jadwal dan mata kuliah bagi mahasiswa dipaketkan dan disesuaikan dengan kelasnya. Masing-masing Nomor Pokok Mahasiswa (NPM) dikelompokkan dalam 1 kelas. Setiap mata kuliah sudah disusun berdasarkan semesternya dalam satu jejer. Kelas ditentukan berdasarkan NPMnya. Jika mata kuliah itu bukan mata kuliah pilihan konsentrasi mahasiswa maka mata kuliah tersebut tidak perlu diambil. Mata kuliah diambil berdasarkan pilihan mahasiswa tapi kelasnya sudah ditentukan dari pembagian NPM. Solusi ini juga sudah berjalan di Universitas Sanata Dharma Fakultas Psikologi. Sebelumnya mereka juga menghadapi masalah yang sama, bahkan tak jarang ada mahasiswa yang menginap di kampus. Sehingga ditentukanlah cara yang seperti diatas agar proses perkuliahaan berjalan dengan baik

Analisis Editorial


Analisis isi dari tajuk rencana Kompas, Selasa, 29 Mei 2012 yang berjudul Refleksi Hasil Ujian Nasional dilihat dari kelengkapan SPECS (Situation, Position, Evidence, Conclution, Solution). Tajuk ini masuk kedalam kategori to evalute, karena isinya adalah mengevaluasi hasil dari ujian nasional.
Pada paragraf pertama dijelaskan situation atas permasalahan mengenai kelulusan ujian nasional siswa Indonesia bagian timur yang mengalami peningkatan. Berikut paragrafnya “Kelulusan ujian nasional (UN) jenjang SMA/MA/SMK di Merauke, Papua, mencapai 95 persen. Hanya saja, hal itu dinilai bukan patokan kualistas kelulusan. Hal itu tidak usah dibanggakan, ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Merauke Vincentius Mekiuw di Merauke, Sabtu (26/5).”
Posisi dalam tajuk ini ditunjukkan dengan judul dan keseluruhan isinya yang menjelaskan tentang evaluasi dari hasil ujian nasional, bahwa siswa lulusan dari Indonesia timur memiliki pesaing ketat dalam memasuki perguruan tinggi terutama bagi mereka siswa dari lulusan Jawa.  Sementara untuk evidence-nya, tajuk ini memberikan beberapa bukti tentang alasan mengapa siswa dari Indonesia timur tidak bisa berkancah nasional. Berikut paragrafnya  “Menyimak pernyataan di atas menguatkan apa yang selama ini diwacanakan, khususnya saat UN tiba, yaitu adanya kesenjangan taraf pendidikan di tanah air. Di wilayah barat, pendidikan relatif maju. Lulusan UN bisa langsung bersaing secara setara di kancah perguruan tinggi terkenal. Sebaliknya, siswa dari Merauke, jika ingin masuk PTN terkenal, harus martikulasi satu tahun kalau mau setaraf dengan lulusan setingkat dari Jawa.” Lalu pada paragraf selanjutnya “Kini, meski lulus dengan presentase tinggi, dari kawasan Indonesia timur masih timbul kerisauan tentang bagaimana bersaing dengan lulusan asal Jawa. Ini kerisauan yang harus kita pikirkan upaya mengatasinya. Sejumlah putra Indonesia timur, seperti dari Papua atau NTT, berhasil menunjukkan intelegensia tinggi, seperti unggul dalam olimpiade fisika. Tugaskitaberikutnya, bagaimana kita menjadikanitusebagai pola, bukan kasus”.
Conclusion dari editorial ini terlihat pada paragaraf “Indonesia dewasa ini dihadapkan pada isu Hypercomplexity. Hal ini menuntut tersedianya sumber daya insani unggul sebanyak-banyaknya dari berbagai penjuru. Hiperkompleksitas tak jarang menuntut kecakapan matematika untuk meresponsnya. Padahal, menurut berita, banyak ketidaklulusan UN disebabkan nilai matematika hanya dua. Ini tantangan yang perlu kita jawab karena matematika menjadi ilmu pengetahuan dasar bagi pengembangan sains dan teknologi yang dibutuhkan di era modern”.
Terakhir untuk solution ditunjukkan pada paragraf terakhir yang menyatakan tentang harapan agar masalah yang sudah terjadi tidak terulang lagi. Berikut paragrafnya “Mari kita jadikan pasca-UN sebagai momentum berbenah. Sebagai bangsa pembelajar, jangan lagi kita mendengar kabar serupa tahun depan, karena hakikat pembelajaran adalah dicapainya perbaikan, bukan pencapaian yang sama dengan kemarin, apalagi lebih buruk”.